Kamis, 25 Desember 2014

Pengalaman selama UTS

Saat-saat yang mampu membuat hati berdebar di awal semester akhirnya telah tiba, yaitu pelaksanaan Ujian Tengah Semester. Banyak perasaan-perasaan aneh yang muncul di dalam diri saya, tak terasa bahwa waktu begitu cepatnya berlalu meninggalkan hal-hal yang belum sempat di lakukan dan dinikmati sepenuhnya, seperti hilangnya sebuah kesempatan yang ada. Senang, sedih, bimbang, takut, bahkan penyesalanpun ikut serta menemani suasana hati saya. Entah apa penyebabnya, hingga diri ini merasa tidak nyaman dan hati tak tenang. Seakan-akan merasakan dikejar-kejar sesuatu, di tekan sesuatu yang mungkin ada kewajiban untuk melaksanakannya. Seperti, masih ada tugas yang belum di kerjakan dan harus secepatnya menyelesaikan, ada tanggungan belajar dari berbagai mata kuliah yang ada dan lain sebagainya.

a)      Sedih itu ketika ada salah satu mata kuliah yang belum dikuasai sepenuhnya seperti Akuntansi dan PKTI 1. Penyebabnya karena Dosen yang jarang masuk kelas dan jarang memberikan materi sehingga yang seharusnya materi disampaikan sesuai dengan SAP menjadi tersendat atau melenceng dari aturan yang ada, sehingga proses kegiatan belajar mengajar nya pun  menjadi tidak efektif. Selain itu penyampaian materi yang kurang jelas sehingga tidak bisa diikuti mahasiswa dengan baik juga karena ada dosen yang hanya menjelaskan materi kepada satu mahasiswa saja, duduk di barisan depan dan pas di hadapannya, dengan nada yang pelan membuat mahasiswa yang duduk di barisan belakang tidak mendengar sepenuhnya (tidak bisa mencerna pelajaran dengan baik).
Faktor lainnya juga karena saya dari jurusan IPA sebelumnya, dan saya pun sama sekali tidak tau mengenai akuntansi, padahal sebenarnya akuntansi adalah salah satu mata kuliah yang saya sukai dan ingin menguasai, hanya karena Dosen yang jarang masuk kelas sehingga materi tidak bisa dikuasai dengan sebaik-baiknya. Namun, aku tetap semangat dan aku yakin aku pasti bisa Akuntansi dan bisa menyamakan dengan mereka yang sudah punya dasar akuntansi.
Saya sangat bersyukur dengan soal Akuntansi kemarin, karena soal yang dikeluarkan tidak serumit apa yang saya bayangkan. Dan kecewa nya itu karena saya lebih menekankan pada siklus akuntansi nya dari pada teori-teori nya, sama sekali tidak terbayangkan kalau soal yang dikeluarkan itu banyak teorinya, sehingga ada salah satu soal yang membuat bingung, untungnya soal-soal tersebut adalah pilihan ganda jadi bisa di otak-atik jawabannya.
Begitupun dengan PKTI 1 B, saya sangat senang kemarin karena sebelum UTS tiba Dosennya telah memberikan kisi-kisi mengenai soal yang akan dikeluarkan, walaupun tidak sepenuhnya diberikan setidaknya sudah punya gambaran di kepala saya dari pada Akuntansi yang sama sekali tidak diberikan kisi-kisi.
Ada perasaan gemetar dan tidak santai karena di dalam mata kuliah PKTI 1 ini masing-masing bagian dibatasi waktu 30 menit saja, bagiku itu sungguh menegangkan karena dengan soal yang lumayan banyak jawabannya itu membutuhkan waktu untuk berpikir dan harus jeli dalam menuliskan jawaban sesuai yang ada dipikiran kita terkait soal yang ada.

b)      Kemudian ada senang, senang ketika saya merasa sudah menguasai materi dengan baik dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik, seperti mata kuliah Matematika Ekonomi dan Bahasa Inggris. Selain cara penyampaian materi dari Dosen yang sangat jelas, mudah dipahami, dan sering diulang-ulang membuat para mahasiswa jadi suka dengan mata kuliahnya, suka dengan karakter dan sifat dari Dosen tersebut. Juga karena memang dasarnya saya sudah suka Matematika dari kecil, sehingga pada saat KBM bisa mengikuti dengan baik dan tinggal mengembangkan ke teori selanjutnya, begitu pula dengan Bahasa Inggris.
Namun, disisi lain saya juga merasa bahwa saya tidak sepenuhnya sempurna didalam mengerjakan soal Matek kemarin, sebabnya adalah karena kurangnya lembar jawaban sehingga grafik yang saya gambarkan tidak maksimal dan tidak sesuai keinginan. Tapi saya sudah cukup merasa bangga dengan diri sendiri, karena semua soal telah di kerjakan dengan baik dan semaksimal mungkin yang saya bisa.

c)       Selanjutnya ada rasa bimbang, perasaan ini muncul ketika harus menghadapi soal-soal yang menurut saya kurang sempurna didalam menjawabnya. Ada faktor karena ulah saya sendiri yang malas membaca materi yang ada, juga karena saya yang memang lupa dengan materinya atau belum pernah disinggung sebelumnya.
Namun, disamping itu saa sadar bahwa perasaan itu adalah hal yang sia-sia, buat apa harus menyesali hal yang telah terjadi ? lebih baik berdo’a dan memohon jawabannya benar dan terus positif thinking saja. Bukannya selama masa-masa sekolah pun selalu mengalami hal yang sama ? :D itulah manusia yang selalu membuat bingung sendiri karena ulahnya yang selalu mengulang-ulang hal / kejadian yang sama.

d)      Perasaan takut, takut itu bermacam-macam sifatnya, ada takut karena kalau tidak bisa mengerjakan (padahal keinginan nya harus perfect), juga takut kalau mengetahui nilai nya tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan keinginan dan harapan saya untuk memberikan kado isimewa untuk orang tua disana. L Disinipun saya merasakan bahwa setelah kejadian, ternyata membuat saya menyesal, kenapa saya harus takut ? kenapa harus menyerah ? kalau itu semua sudah berlalu dan sudah di kerjakan ? yang seharusnya saya lakukan adalah memperbaiki kesalahan karena dengan begitu kita bisa intropeksi diri sebaik-baiknya dimana kekurangan kita dan mana yang patut untuk diperbaiki. Jangan jadi orang yang pesimis atas sesuatu kejadian, hanya keyakinan dan prinsip diri lah yang mampu menghalangi rasa takut itu datang, dan semoga menjadi pribadi yang lebih sabar dan menerima apapun dengan hati lapang serta ikhlas. J


e)      Dan yang terakhir ini ada penyesalan, entah apa yang membuat hal itu disesali. Sepenting apa sih sampai-sampai disesali ? terkadang pertanyaan ini memang patut untuk di pertanyakan ! nah... menyesal nya disini itu bukan berarti tidak bisa mengerjakan soal-soal UTS dengan baik dan benar, namun karena kesalahan diri sendiri penyebabnya (kurang belajar, kebanyakan main, selalu pegang gadged dari pada buku nya, banyak kegiatan di rumah, dll ). Begitu pula karena faktor “kemalasan”, memang benar malas adalah hal yang harus kita lawan, karena apa ? ketika malas itu datang, ia dengan mudahnya menghancurkan kenginan kita untuk melakukan kewajiban sendiri, semisal belajar. Malas memang menjadi musuh kita sejak kecil, sekali kita malas maka semua harapan (target) akan gagal karena tidak dilaksanakan sesuai rencananya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar