Saat-saat yang mampu membuat hati berdebar di awal semester
akhirnya telah tiba, yaitu pelaksanaan Ujian Tengah Semester. Banyak
perasaan-perasaan aneh yang muncul di dalam diri saya, tak terasa bahwa waktu
begitu cepatnya berlalu meninggalkan hal-hal yang belum sempat di lakukan dan
dinikmati sepenuhnya, seperti hilangnya sebuah kesempatan yang ada. Senang,
sedih, bimbang, takut, bahkan penyesalanpun ikut serta menemani suasana hati
saya. Entah apa penyebabnya, hingga diri ini merasa tidak nyaman dan hati tak
tenang. Seakan-akan merasakan dikejar-kejar sesuatu, di tekan sesuatu yang
mungkin ada kewajiban untuk melaksanakannya. Seperti, masih ada tugas yang
belum di kerjakan dan harus secepatnya menyelesaikan, ada tanggungan belajar dari
berbagai mata kuliah yang ada dan lain sebagainya.
a)
Sedih itu ketika ada salah satu mata kuliah yang
belum dikuasai sepenuhnya seperti Akuntansi dan PKTI 1. Penyebabnya karena
Dosen yang jarang masuk kelas dan jarang memberikan materi sehingga yang seharusnya
materi disampaikan sesuai dengan SAP menjadi tersendat atau melenceng dari
aturan yang ada, sehingga proses kegiatan belajar mengajar nya pun menjadi tidak efektif. Selain itu penyampaian
materi yang kurang jelas sehingga tidak bisa diikuti mahasiswa dengan baik juga
karena ada dosen yang hanya menjelaskan materi kepada satu mahasiswa saja,
duduk di barisan depan dan pas di hadapannya, dengan nada yang pelan membuat mahasiswa
yang duduk di barisan belakang tidak mendengar sepenuhnya (tidak bisa mencerna
pelajaran dengan baik).
Faktor lainnya juga karena saya dari
jurusan IPA sebelumnya, dan saya pun sama sekali tidak tau mengenai akuntansi,
padahal sebenarnya akuntansi adalah salah satu mata kuliah yang saya sukai dan
ingin menguasai, hanya karena Dosen yang jarang masuk kelas sehingga materi
tidak bisa dikuasai dengan sebaik-baiknya. Namun, aku tetap semangat dan aku
yakin aku pasti bisa Akuntansi dan bisa menyamakan dengan mereka yang sudah
punya dasar akuntansi.
Saya sangat bersyukur dengan soal Akuntansi
kemarin, karena soal yang dikeluarkan tidak serumit apa yang saya bayangkan.
Dan kecewa nya itu karena saya lebih menekankan pada siklus akuntansi nya dari
pada teori-teori nya, sama sekali tidak terbayangkan kalau soal yang
dikeluarkan itu banyak teorinya, sehingga ada salah satu soal yang membuat
bingung, untungnya soal-soal tersebut adalah pilihan ganda jadi bisa di
otak-atik jawabannya.
Begitupun dengan PKTI 1 B, saya sangat
senang kemarin karena sebelum UTS tiba Dosennya telah memberikan kisi-kisi
mengenai soal yang akan dikeluarkan, walaupun tidak sepenuhnya diberikan
setidaknya sudah punya gambaran di kepala saya dari pada Akuntansi yang sama
sekali tidak diberikan kisi-kisi.
Ada perasaan gemetar dan tidak santai
karena di dalam mata kuliah PKTI 1 ini masing-masing bagian dibatasi waktu 30
menit saja, bagiku itu sungguh menegangkan karena dengan soal yang lumayan
banyak jawabannya itu membutuhkan waktu untuk berpikir dan harus jeli dalam
menuliskan jawaban sesuai yang ada dipikiran kita terkait soal yang ada.
b)
Kemudian ada senang, senang ketika saya merasa
sudah menguasai materi dengan baik dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik,
seperti mata kuliah Matematika Ekonomi dan Bahasa Inggris. Selain cara
penyampaian materi dari Dosen yang sangat jelas, mudah dipahami, dan sering
diulang-ulang membuat para mahasiswa jadi suka dengan mata kuliahnya, suka
dengan karakter dan sifat dari Dosen tersebut. Juga karena memang dasarnya saya
sudah suka Matematika dari kecil, sehingga pada saat KBM bisa mengikuti dengan
baik dan tinggal mengembangkan ke teori selanjutnya, begitu pula dengan Bahasa
Inggris.
Namun, disisi lain saya juga merasa bahwa
saya tidak sepenuhnya sempurna didalam mengerjakan soal Matek kemarin, sebabnya
adalah karena kurangnya lembar jawaban sehingga grafik yang saya gambarkan
tidak maksimal dan tidak sesuai keinginan. Tapi saya sudah cukup merasa bangga
dengan diri sendiri, karena semua soal telah di kerjakan dengan baik dan
semaksimal mungkin yang saya bisa.
c)
Selanjutnya ada rasa bimbang, perasaan ini
muncul ketika harus menghadapi soal-soal yang menurut saya kurang sempurna
didalam menjawabnya. Ada faktor karena ulah saya sendiri yang malas membaca
materi yang ada, juga karena saya yang memang lupa dengan materinya atau belum
pernah disinggung sebelumnya.
Namun, disamping itu saa sadar bahwa
perasaan itu adalah hal yang sia-sia, buat apa harus menyesali hal yang telah
terjadi ? lebih baik berdo’a dan memohon jawabannya benar dan terus positif
thinking saja. Bukannya selama masa-masa sekolah pun selalu mengalami hal yang
sama ? :D itulah manusia yang selalu membuat bingung sendiri karena ulahnya
yang selalu mengulang-ulang hal / kejadian yang sama.
d)
Perasaan takut, takut itu bermacam-macam
sifatnya, ada takut karena kalau tidak bisa mengerjakan (padahal keinginan nya
harus perfect), juga takut kalau mengetahui nilai nya tidak memuaskan atau
tidak sesuai dengan keinginan dan harapan saya untuk memberikan kado isimewa
untuk orang tua disana. L
Disinipun saya merasakan bahwa setelah kejadian, ternyata membuat saya
menyesal, kenapa saya harus takut ? kenapa harus menyerah ? kalau itu semua
sudah berlalu dan sudah di kerjakan ? yang seharusnya saya lakukan adalah
memperbaiki kesalahan karena dengan begitu kita bisa intropeksi diri
sebaik-baiknya dimana kekurangan kita dan mana yang patut untuk diperbaiki.
Jangan jadi orang yang pesimis atas sesuatu kejadian, hanya keyakinan dan
prinsip diri lah yang mampu menghalangi rasa takut itu datang, dan semoga
menjadi pribadi yang lebih sabar dan menerima apapun dengan hati lapang serta
ikhlas. J
e)
Dan yang terakhir ini ada penyesalan, entah apa
yang membuat hal itu disesali. Sepenting apa sih sampai-sampai disesali ?
terkadang pertanyaan ini memang patut untuk di pertanyakan ! nah... menyesal
nya disini itu bukan berarti tidak bisa mengerjakan soal-soal UTS dengan baik
dan benar, namun karena kesalahan diri sendiri penyebabnya (kurang belajar,
kebanyakan main, selalu pegang gadged dari pada buku nya, banyak kegiatan di
rumah, dll ). Begitu pula karena faktor “kemalasan”, memang benar malas adalah
hal yang harus kita lawan, karena apa ? ketika malas itu datang, ia dengan
mudahnya menghancurkan kenginan kita untuk melakukan kewajiban sendiri, semisal
belajar. Malas memang menjadi musuh kita sejak kecil, sekali kita malas maka
semua harapan (target) akan gagal karena tidak dilaksanakan sesuai rencananya.